بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم ADAB-ADAB menuntut Ilmu yaitu Ikhlas karena Allah,meninggalkan perbuatan DOSA,menuntut Ilmu Sejak Dini,mencatat setiap Ilmu yg DIPELAJARI,sabar dibimbing GURU,menejemen WAKTU yg baik,menikmati ILMU yg dipelajari,berkumpul dgn orang BERILMU & SHOLEH,mengembara MENCARI ILMU,menghargai pendapat Orang lain,TIDAK PERNAH PUAS dgn ILMUNYA. [ IMAM SYAFI'I RAHIMAHULLAH ]
Jumat, 23 Januari 2015
Perebuatan Kekuasaan Dari 3 Putra Khalifah
Perebuatan kekuasaan dari 3 putra Khalifah
“Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putra khalifah. Tetapi, tak seorangpun di antara mereka yang berhasil menguasainya.”
Banyak yang menyimpulkan bahwa yang dimaksud pada bagian hadis ini adalah dinasti yang didirikan Ibnu Saud (Arab Saudi) pada tahun 1932 itu patut dipertanyakan, terutama menyangkut masalah suksesi kepemimpinan dan perlombaan peran/pengaruh di antara anggota keluarga dinasti Saud yang muda-muda dan jumlahnya sangat banyak.
Jumlah anggota keluarga dinasti Saud (anak cucu dan keturunan langsung dari Ibnu Saud), sudah mencapai 22.000 ribu orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, katanya, artinya perbandingan jumlah pangeran / bangsawan kerajaan dibandingkan rakyat jelata adalah 1 berbanding 1000 (di negara Inggris katanya perbandingannya hanya satu berbanding jutaan). Walaupun sepertinya tercipta kekompakan di antara anak-anak Ibnu Saud (jumlah yang masih hidup saat ini ada 42 orang dari total anak yang jumlahnya bisa antara 50 sampai 200 orang), akan tetapi hal itu belum tentu terjadi pada generasi penerus yang muda-muda dan banyak jumlahnya itu.
Di dalam keluarga dinasti itu, terjadi pengotakan dan kelompok-kelompok yang ‘berlomba’ merebut pengaruh dan kursi kekuasaan. Masing-masing anak Ibnu Saud saat ini yang memegang kendali pemerintahan (termasuk raja Abdullah yang berkuasa) menempatkan anak-anak favorit mereka di kursi strategis pemerintahan, seperti anak raja Abdullah ditempatkan sebagai pemimpin pasukan garda nasional. Putra mahkota kerajaan yang baru saja meninggal yakni Sultan bin Abdul Aziz juga telah menempatkan anaknya sebagai menteri pertahanan dan kepala intelijen, sementara saudaranya yang lain, yakni Naif (Nayef) bin Abdul Aziz yang menjabat menteri dalam negeri saat ini sekaligus menjadi putra mahkota dengan meninggalnya Sultan bin Abdul Aziz, juga telah mempersiapkan anaknya sebagai menteri dalam negeri.
Memang suksesi raja di negara itu tak seperti kerajaan-kerajaan yang kita pahami, yakni dari ayah ke anak. Di Saudi kekuasaan bisa diserahkan ke saudara, sebagaimana yang sudah-sudah. Akibatnya tentu semakin menarik dan nyaris membuka peluang bagi semua anak cucu keturunan Ibnu Saud (semua pangeran yang ada) untuk menjadi raja. Raja Abdullah yang berkuasa sempat membentuk badan khusus, yang anggotanya juga diisi oleh anggota keluarga dinasti termasuk 42 anak Ibnu Saud yang masih hidup.
Akan tetapi penunjukan Nayef (Naif) bin Abdul Aziz sebagai posisi pengganti putra mahkota semenjak sakit-sakitannya Sultan bin Abdul Aziz sang putra mahkota 3 tahun yang lalu tidaklah melalui badan khusus yang dibentuknya.
Dengan jumlah pangeran yang sangat banyak saat ini, dan sebagaimana desas desus yang beredar dengan adanya pengelompokan di antara mereka, selain mereka saling berlomba merebut posisi pemerintahan, tentu juga akan susah untuk mengatur pembagian gaji, tugas, hak-hak khusus, dan proyek-proyek kepada pangeran-pangeran yang ada. Dan tentunya itu semua nanti akan menimbulkan tanda tanya bagi kesuksesan suksesi raja dan keberlangsungan kerajaan ketika datang masanya para pangeran generasi muda itu yang mengambil alih kepemimpinan.
Dan era itu sangat dekat, mengingat raja Abdullah yang berkuasa sudah tua, sakit-sakitan dan sering dioperasi. Sementara itu Naif bin Abdul Azizi sendiri juga berusia tua hampir 80 tahun, dan juga ditengarai menderita Leukimia.
Apalagi negara-negara tetangga mereka sibuk dengan berbagai perubahan yang dimotori anak-anak muda yang membawa angin perubahan dan kebebasan. Dan pastinya di antara gempuran berbagai paham dan ideologi yang berkembang di negara-negara tetangganya itu sampai juga ke dalam internal kerajaan dan kepada masing-masing pangeran-pangeran muda yang ada.
Apakah kerajaan itu akan goyah di tangan perebutan kekuasaan di antara banyak pangeran muda itu nantinya selepas meninggalnya generasi ayah-ayah mereka yang tua-tua dan berkuasa saat ini. Dan jika terjadi, menarik untuk menantikan benar atau tidaknya yang diprediksi oleh sebagian orang tentang khalifah/pemimpin umat Islam dalam hadis nabi yang akan muncul ketika terjadi perebutan kekuasaan di antara anak-anak seorang khalifah yang meninggal dunia, dimana hal itu dianggap sebuah kejadian yang menyangkut negeri yang menaungi Mekah dan Madinah saat ini, yakni Arab Saudi.
Dalam hal ini, banyak analisa menyebutkan bahwa boleh jadi kondisi itu akan segera menjadi realita demi melihat apa yang saat ini terjadi di Saudi. Adalah Tony Khater, seorang analis politik Amerika dengan spesialisasi kajian Timur Tengah khususnya Arab Saudi, telah secara konsisten menyebutkan tentang terpecahnya pemerintahan Arab Saudi menjadi empat kelompok sebelum wafatnya Raja Fahd, seakan-akan kelompok-kelompok itu memunyai pemerintahannya sendiri-sendiri, yaitu pemerintahan Putra Mahkota Pangeran Abdullah, pemerintahan Pangeran Nayef, pemerintahan Pangeran Sultan, dan pemerintahan Pangeran Salman.
Dengan wafatnya Raja Fahd, lalu Putra Mahkota Abdullah yang telah berusia 80 tahun naik menjadi raja, maka bisa jadi dibawahnya terdapat tiga pangeran dengan pemerintahannya sendiri-sendiri yang bersiap-siap menggantikannya ketika ia wafat nanti, yaitu Pangeran Nayef, Pangeran Sultan, dan Pangeran Salman.
Kapan pun, bilakah terjadi perebutan dari 3 orang putra khalifah namun akhir perebutan ini tentu tampuk pimpinan tidak akan mereka dapatkan dan Imam Mahdi lah yang akan berhasil menguasai tampuk pimpinan
Bersambung ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar