بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم ADAB-ADAB menuntut Ilmu yaitu Ikhlas karena Allah,meninggalkan perbuatan DOSA,menuntut Ilmu Sejak Dini,mencatat setiap Ilmu yg DIPELAJARI,sabar dibimbing GURU,menejemen WAKTU yg baik,menikmati ILMU yg dipelajari,berkumpul dgn orang BERILMU & SHOLEH,mengembara MENCARI ILMU,menghargai pendapat Orang lain,TIDAK PERNAH PUAS dgn ILMUNYA. [ IMAM SYAFI'I RAHIMAHULLAH ]
Minggu, 20 Desember 2015
Jumat, 23 Januari 2015
Kisah Pastor yang masuk Islam
TAK ada yang perlu dicari Skip Estes muda dalam hidup, kecuali melangkah nyaman di jalan yang sudah terbentang mulus. Ia sudah punya apa yang diinginkan kebanyakan orang Amerika: kekayaan, usaha, keluarga bahagia, dan tampang yang boleh juga. Tambahan, ia punya kegiatan yang mulia: mengajak orang-orang kepada agama Kristen – kepada jalan Yesus Kristus.
Ya, disamping pebisnis alat-alat musik dan pemilik studio musik, stasiun radio dan TV lokal, iapreacher – di Indonesia lazim disebut pastor, yakni penyeru agama dalam Protestan.
Dengan semua anugrah itu, ia selalu tampak bergairah, gembira dan bersemangat. Juga ketika ayahandanya, seorang ordain minister [pendeta senior], bilang padanya: “Kita akan berbisnis dengan seseorang dari Kairo, Mesir.”
“Baik ayah,” jawab Skip.
“Dan dia ‘Moslem’,” kata ayahnya lagi.
“Hah? Aku tidak mau ayah! ‘Moslem’? Mereka kan teroris, tukang meculik orang, membajak. Mereka tak percaya Tuhan. Mereka itu mencium tanah lima kali sehari dan menyembah kotak hitam di gurun pasir,” cerocos Skip.
“Ah, kamu harus ketemu dia. Ini bisnis,” desak ayahnya.
Merasa tak kuasa melawan, ia masih mengajukan syarat: “Baik. Aku mau ketemu dia. Tapi akan kukristenkan dia!”
“Kamu lakukan apa yang menurutmu bagus ,” pungkas ayahnya.
****
Hari pertemuan pun tiba. Skip sengaja menemui ‘tamu Kairo’ itu sepulang dari gereja pada hari minggu, dengan pakaian kebaktian lengkap dan injil di tangan, ditemani istri.
Ketika melihat sang tamu, ia kaget campur heran. “Kok ‘Moslem’ begini?” pikirnya. Sebelumnya ia membayangkan akan bertemu pria bercambang-jenggot, baju panjang dan bersorban. Tapi yang dilihatnya jauh dari bayangan itu: Muhammad Abdurrahman, nama tamu itu, berpakaian biasa: kemeja dan celana panjang, wajah kelimis, tak ada bulu-bulu di wajahnya. Bahkan di kepala pun tak ada! Dia botak.
Dosa Besar : Meninggalkan Sholat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertobat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun.” (Maryam 59-60)
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Makna menyia-nyiakan shalat bukanlah meninggalkannya sama sekali, tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya.” (Diriwayatkan Ibnu Jarir 16/17)
Hidup adalah Berbisnis dengan Allah
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At Taubah: 111)
Dalam hadits riwayat Ibnu Jarir dikisahkan, seorang sahabat, namanya Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu ‘Anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Apa saja kewajiban terhadap Tuhanmu dan dirimu yang kamu tetapkan atas diriku?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Aku telah menetapkan agar selalu beribadah kepada Tuhan dan tidak syirik dengan apapun. Sedangkan terhadapku, agar selalu menjagaku sebagaimanan kamu menjaga diri dan hartamu.”
Ia bertanya lagi, “Apa balasanku, jika aku melaksanakan semuanya?”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Surga balasannya.”
Ia lalu berkata,”Itu merupakan jual beli yang menguntungkan. Kami takkan membatalkannya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, dikutip dari Dr. Ahmad Hatta, MA., 2009).
Dimanakah letak Surga?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rizkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz-Dzariyaat: 22). Maksudnya adalah surga ada di langit.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (QS. An-Najm: 13-15).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya, mendirikan shalat dan puasa bulan Ramadhan, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkannya di dalam surga. Berhijrah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala atau menetap di buminya yang ia dilahirkan padanya.”
Pergantian Langit dan Bumi pada Hari Kiamat
Allah berfirman,
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (QS. Ibrahim: 48).
(Yaitu) pada hari Kami menggulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya. (QS. Al-Anbiyaa: 104).
Manusia berada di mana saat pergantian langit dan bumi?
Dari Tsauban Radhiyallahu ‘Anh maula Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ia berkata, ‘Aku berdiri di sisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu datang salah seorang dari pendeta Yahudi … Orang Yahudi itu berkata, ‘Manusia berada di mana saat terjadi pergantian langit dan bumi?’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Mereka di dalam kegelapan sebelum jembatan.’ Dalam satu riwayat: ‘di atas titian‘.” (HR. Muslim No. 315 dan No. 2791 dari Aisyah radhiyAllahu ‘anha)
Tempat Berhenti yang sangat panas dan huru haranya?
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengumpulkan semua makhluk setelah membangkitkan mereka dalam satu tanah terbuka di halaman depan hari kiamat dalam kondisi tidak beralas kaki, tidak berpakaian, lagi tidak dikhitan. Dan hal itu untuk memberi keputusan, dan manusia berkeringat menurut ukuran amal perbuatan mereka (semasa hidup di dunia).
Al-Miqdad bin Al-Aswad Radhiyallahu ‘Anh berkata bahwa: ‘Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Matahari berada di dekat semua makhluk pada hari kiamat, sampai ada yang berada di dekat mereka seperti ukuran mil. Dalam berkeringat, manusia juga menurut amal ibadah mereka. Di antara mereka ada yang sampai dua mata kakinya, ada yang sampai dua lututnya, ada yang sampai dua pinggangnya, dan ada yang dikekang (digenangi) oleh keringat. Al-Miqdad bin al-Aswad Radhiyallahu ‘Anh berkata: ‘Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengisyaratkan ke mulutnya.” (HR. Muslim No. 2864.)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anh, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Pada hari kiamat, Allah Subhanahu wa Ta’ala memegang bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Aku adalah Sang Raja, di manakah raja-raja di bumi?” (HR. Bukhari No 7382 dan Muslim No. 2787)
Kemenangan Dalam Perspektif Al Qur’anul Karim
Sesungguhnya kemenangan itu tidak datang dengan sendirinya, tidak turun tanpa tujuan dan tidak diperoleh secara kebetulan.
Kemenangan mempunyai hukum dan aturan main sebagaimana yang diabadikan Allah dalam kitab-Nya alqur`anul karim untuk diketahui oleh hamba-hamba-Nya yang mu`min agar menjadi panduan bagi mereka.
1. Hukum Pertama
Sesungguhnya kemenangan itu hanya dari sisi Allah.
Orang yang dimenangkan Allah tak mungkin bisa dikalahkan oleh siapapun dan kapanpun juga, meski seluruh manusia di muka bumi ini bersatu padu untuk mengalahkan mereka sebaliknya orang yang dikalahkan Allah tidak mungkin bisa meraih kemenangan walaupun mereka memiliki pasukan dan perlengkapan yang melimpah.
Inilah yang disebutkan oleh alqur`an dengan jelas dan gamblang yang tidak bisa ditawar lagi :
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ [آل عمران/160]
jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.
وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ [الأنفال/10
dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ada kalanya Allah memenangkan yang sedikit sehingga yang sedikit itu dapat mengalahkan yang banyak, seperti peristiwa Thalut dan Jalut.
Allah memenangkan Thalut dan pasukannya atas Jalut dan pasukannya padahal pasukan Jalut dan perlengkapannya jauh lebih unggul. Pada awalnya pasukan Thalut merasa takut melihat pasukan Jalut yang tampak hebat dan kuat, mereka merasa pesimistis dapat mengalahkan pasukan Jalut namun orang yang merasa yakin dan memiliki iman yang kokoh berkata kepada mereka : ” berapa banyak kaum yang sedikit mengalahkan kaum yang banyak dengan izin Allah, sesungguhnya Allah beserta orang yang sabar “. inilah yang dipaparkan Allah dalam alqur`an :
Allah memenangkan Thalut dan pasukannya atas Jalut dan pasukannya padahal pasukan Jalut dan perlengkapannya jauh lebih unggul. Pada awalnya pasukan Thalut merasa takut melihat pasukan Jalut yang tampak hebat dan kuat, mereka merasa pesimistis dapat mengalahkan pasukan Jalut namun orang yang merasa yakin dan memiliki iman yang kokoh berkata kepada mereka : ” berapa banyak kaum yang sedikit mengalahkan kaum yang banyak dengan izin Allah, sesungguhnya Allah beserta orang yang sabar “. inilah yang dipaparkan Allah dalam alqur`an :
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ [البقرة/249
5 Perkara Ghaib yang Tidak Diketahui Manusia
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al Luqman: 34)
Sering kita dengar, orang-orang hanya mengaitkan masalah-masalah yang ghaib dengan hal-hal mistis, yang ghaib ialah hal-hal yang menakutkan, malah banyak orang yang berani menerangkan hal ghaoib tanpa ia merujuk kepada Al Quran dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hanya praduga-praduga, kira-kira dan semacamnya, Akhirnya ia jatuh pada kesesatan, ia sesat dan menyesatkan siapa yang mendengarkannya.
Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda dalam hadits yang panjang, yang telah diriwayatkan oleh Syaikhani, Imam Al-Bukhori dan Imam Muslim,
خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ تَلَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ }
“Ada lima perkara (ghaib) tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, kemudian Rasul membaca (QS Luqman 34) : (1)sesungguhnya hanya disisiNya lah ilmu tentang hari kiamat; (2)Dan Dia yang menurunkan hujan; (3)Dia yang mengetahui apa yang ada dalam rahim; (4)dan tidak ada orang yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakan/diperoleh besok, (5)dan tidak ada seorangpun yang mengetahui di bumi mana ia akan meninggal dunia. Sesungguhnya Allah maha mengetahui, maha mengenal.”
Inilah 5 perkara ghaib yang tidak ada seorangpu tahu kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala;
1. Hari Kiamat
Tidak ada makhluk didunia ini, jin, manusia, nabi dan malaikatnya yang mengtahui kapan terjadinya hari kiamat, tahun apa, bulan apa, minggu apa, hari apa, jam berapa dan menit berapa, melainkan Allah satu-satunya, juga hambaNYa Dalam ayat lain Allah menceritakan,
“mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang kiamat, ‘kapan terjadinya?’ katakanlah!, ‘sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada tuhanku, tidak ada seorangpun yang dapat menjelaskan kapan terjadinya kecuali Dia.” (QS Al-A’rof 187)
Dalam hadits JIbril yang masyhur, Rasul ditanya tentang hari kiamat, kemudian beliau menjawab“mal-mas’uulu ‘anha bi a’lama minas-sa’il (yang ditanya tidak lebih tahu dari pada yang bertanya)”,artinya yang ditanya dan yang bertanya sama-sama tidak tahu. Kemudian rasul hanya menjelaskan tentang tanda-tandanya saja.
Kemarin kita dihebohkan dengan wacana yang dikeluarkan oleh salah satu suku di negeri jauh sana yang menyatakan bahwa kiamat akan terjadi pada tahu 2012, bahkan ini difilmkan dan filmnya laris manis menjadi tontonan dan perbincangan disetiap Negara bahkan.
Apakah benar kiamat akan terjadi pada tahun 2012 seperti yang mereka katakana? Jawabannya : bisa lebih cept, bisa juga lebih lambat, wallahu a’lam. Tidak ada yang mengetahui kepastian kiamat kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sudah dijelaskan diatas bahwa Rasul dan JIbrilpun yang sudah jelas kedekatannya dengan Allah saja tidak tahu, apalagi orang biasa yang tidak jelas apakah ia sholeh atau tidak.
2. Turunnya Hujan
Begitu juga dengan hujan, tidak ada seorangpun yang mengetahui dengan pasti kapan hujan akan turun. Dan ketika hujan turun tidak ada seorangpun yang tahu kapan hujan ini akan berhenti. Dan dimana hujan itu akan turun. Namun jika Allah memrintahkan maka malaikat yang bertugas akan tahu kapan dan dimana hujan itu turun.
Galau, Dari Sudut Pandang Psikologi
Galau, sudah tidak asing lagi didengar oleh kalangan remaja hingga dewasa awal. Bila diperhatikan, tidak jarang kita menemui status facebook atau twitter yang berisi kegalauan dari pemilik akun. Biasanya mereka menunjukkan kegalauan dengan status mengeluh, menunjukkan diri sedang resah, bingung, dan pikiran kacau. Bagaimana sebenarnya galau dilihat dari sisi psikologi? Apakah ini termasuk gangguan atau tidak?
Galau dalam KBBI memiliki persamaan kata dengan kacau pikiran, bimbang, bingung, cemas dan gelisah. Kata galau akan lebih tepat bila disebut bimbang, namun pengertiannya lebih pada arah bentuk kecemasan seseorang.
Kecemasan adalah perasaan tak nyaman berupa rasa gelisah, takut, atau khawatir yang merupakan manifestasi dari faktor psikologis dan fisiologis. Kecemasan dalam kadar normal merupakan reaksi atas stress yang muncul guna membantu seseorang dalam merespon situasi yang sulit.
Kecemasan dapat dimasukkan dalam teori psikoanalisis. Freud mengatakan kecemasan berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada.
- Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada besarnya ancaman.
- Kecemasan neurotik adalah rasa takut bila instink atau keinginan pribadi akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang tidak diinginkan.
- Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.
Galau Tanda Tak Mampu
Galau, sebuah kata yang akhir-akhir ini nge-trend dikalangan remaja dan kaum muda di negeri ini. Kata yang menggambarkan suasana hati seseorang yang sedang kacau, bingung, resah, gelisah dan sedih. Merasa ada sesuatu yang ingin diutarakan namun belum tersampaikan, atau sesuatu yang ingin dilakukan namun belum terealisasikan. Apapun definisinya? Galau adalah sebuah penyikapan yang dilakukan oleh seseorang atas masalah yang menimpanya. Setiap orang memiliki masalah dengan kadar yang berbeda, perbedaan itu telah sedemikian sempurna hingga mustahil Allah memberikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh hambaNya. Allah menguji kita sesuai tingkat keimanan kita kepada-Nya. Ujian dari Allah bertujuan untuk membuktikan kebenaran keyakinan keimanan seseorang, apakah ia layak disebut orang beriman ataukan orang munafik yang hanya menampakkan zahirnya dan menyembunyikan batinnya.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 155)
Berbagai cara dilakukan untuk menyelesaikan masalah ataupun kegalauan yang menimpa seseorang. Sebagaian besar memanfaatkan jejaring sosial sebagai media mempublikasikan kegalauannya. Mayoritas orang yang galau suka melebih-lebihkan masalah yang menimpanya. Hal yang mereka lakukan ini adalah bukti bahwa mereka adalah orang yang tak mampu menerima ujian yang menimpanya. Penyikapan seseorang atas masalah yang menimpanya menunjukkan tingkat pemahaman mereka terhadap masalah itu sendiri.
“Kepunyaan Allahlah apa yang ada di langit dan di bumi. Apabila kamu menampakkan atau menyembunyikan apa yang ada pada dirimu, maka Allah akan memperhitungkan kamu lantaran perbuatan itu. Lalu Dia mengampuni orang yang dikehendaki-Nya dan mengazab orang yang dikehendaki-Nya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS Al Baqarah: 284)
Penggalau adalah sedikit orang yang tak mampu menyalurkan resah mereka dengan cara yang benar, padahal cukuplah Allah bagi kita, tidak ada Tuhan selain diriNya. Hanya kepadaNya kita bertawakkal..”
Status berisi keluhan, kegalauan, kebimbangan kadang ditulis dengan berlebihan, padahal mengeluh tidak menyelesaikan masalah yang menimpanya. Galau tidak memberikan solusi atas masalah seseorang. Galau hanya menambah beban bagi pelakunya. Kegalauan seseorang menunjukkan bahwa ia tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, padahal Allah telah berjanji bahwa Allah SWT tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Penggalau adalah orang yang tak mampu menemukan solusi yang hakiki. Mereka mencari solusi pada tempat yang mustahil memberikan solusi. Padahal sudah jelas bahwa sabar dan shalat adalah sebaik-baik cara untuk mendapatkan solusi yang hakiki.
“Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan Sabar dan Sholat dan sesungguhnya Sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk” (QS Al Baqarah: 45)
Allah SWT adalah Rabb yang Maha Baik, maka apapun yang Dia tetapkan adalah kebaikan. Penggalau tak mampu memahami bahwa semua yang Allah tetapkan kepada makhluk-Nya adalah baik. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.Orang yang galau adalah orang yang tak mampu mengetahui hakikat dari ujian yang menimpa dirinya padahal sungguh tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada diri kita melainkan telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzh sebelum Allah SWT menciptakan kita. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
Orang-orang yang galau adalah orang yang belum mampu bersyukur, padahal sesungguhnya ujian dan cobaan, susah dan senang, gagal dan sukses semua adalah nikmat yang patut kita syukuri. Nikmat karena sungguh terdapat hikmah bagi orang-orang yang berfikir. Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusan adalah kebaikan baginya, dan hal ini tidak diberikan kepada seorangpun kecuali orang mukmin. Jika mendapat kesenangan ia bersyukur dan itu adalah baik baginya, dan jika ditimpa bencana maka ia selalu bersabar dan itu adalah baik baginya. Kesenangan, kesuksesan dan kenikmatan mengajarkan kita bagaimana bersyukur dan lebih memacu dalam berbuat kebaikan sehingga Allah pun menambahkan nikmat-Nya lebih banyak lagi. Sedangkan ujian, cobaan, kesusahan dan kegagalan akan membuat kita lebih berhati-hati dan merupakan sebuah peringatan dari Allah SWT agar tidak larut dalam kemaksiatan.
Penggalau adalah orang yang tak mampu memahami bahwa masalah yang menimpanya adalah ujian yang dapat meningkatkan derajatnya disisi Allah. Bagai seseorang yang akan naik kelas maka pasti akan diuji terlebih dahulu, jika ia mampu menyelesaikan ujian itu ia akan lulus, namun jika gagal maka ia akan tetap pada kelasnya. Begitupun ujian dalam kehidupan ini, berat dan ringannya ujian di sesuaikan dengan kedudukannya dihadapan Allah. Para nabi adalah orang yang paling banyak mendapat ujian. Seseorang diuji berdasar tingkat ketaatannya kepada Allah SWT. Jika ia adalah orang yang kuat agamanya, maka kuat pula ujian baginya. Bagai sebuah permisalan semakin tinggi pohon semakin besar angin yang menerpanya.
Orang yang sedang galau adalah orang yang tak mampu bersabar atas ujian dari Allah SWT. Merasa diri mereka sebagai orang yang paling menderita, mengumbar seakan-akan lemah tak berdaya. Padahal sesungguhnya musibah dan masalah adalah sarana untuk melatih kesabaran. Kita tidak akan dapat bertahan dalam sebuah kebaikan kecuali dengan bersabar. Kita tidak dapat mentaati Allah SWT dan menjauhi kebatilan kecuali dengan sabar. Surga adalah hadiah tertinggi bagi orang-orang yang sabar dalam ujian.Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaran kamu.
Ukhti, Kenali Dirimu dan Tuhanmu
Berangkat dari sebuah cerita sehari-hari, sebut saja terjadi pada saya dan seorang teman perempuan. Kala itu, saat matahari tengah berada di sepenggal jum’at, kami sedang sibuk memilih jajanan ringan. Lebih tepatnya, teman saya tersebut yang berjuang mondar-mandir mengumpulkan berbagai rupa makanan untuk mengganjal perutnya yang terbiasa tidak sarapan pagi. Saya, berdiri manis di sampingnya pun pura-pura ikut sibuk memilih. Yang sebenarnya, saya sedang sibuk memperhatikannya dan belajar memahami seorang wanita yang baru sepekan ini mendapati terlambat datang bulan (haid). Berdasarkan hasil test pack tergores dua garis merah tanda positif kehamilannya. Teman saya tersebut terlihat sangat riang. Ia menyapa penjaga toko dengan amat ramah. “Tidak, mbak! Maaf, saya tidak makan itu karena sedang isi.” katanya berulang-ulang.
Begitulah, rasa bahagia usai membuncah hari itu. Setelah lima belas bulan pernikahan, akhirnya teman saya merasakan detak-detak kehidupan akan bertunas di dalam rahimnya. Saya tersengat ikut merayakan bahagianya siang terik itu. Akan tetapi, sempat terlintas dalam benak ini, “Apakah dia ini berlebihan?” Saya berpikir, mungkin saja dari sekian banyak penjaga toko tadi terdapat seorang wanita yang telah lebih lama menunggu kehadiran buah hati penghias pernikahannya. Sudah menahun ia meraba-raba perutnya yang tak kunjung berdenyut. Berkali menahan perih kala ditanya kapan punya momongan? Berulang pula memendam cemburu pada wanita-wanita yang lebih dulu diberi kabar gembira dari langit itu.
Syaikh Abdur Rahman As-Sudais
Televisi Saudi biasa menayangkan acara religi setiap pekan dengan mengundang seorang pakar atau Syaikh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan melalui telepon.
Suatu ketika, acara tersebut mengundang Syaikh Abdur Rahman As-Sudais yang juga merupakan Imam Masjidil Haram. Beliau menjawab semua pertanyaan hingga tiba giliran pertanyaan dari telepon seorang wanita yang meminta mimpinya ditafsirkan.
Wanita itu mengatakan, bahwa dirinya mimpi berada di Masjidil Haram dan melihat seseorang melakukan thawaf sambil telanjang. Wanita itu menambahkan juga bahwa dirinya mengenali orang itu, kendati dia tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh darinya.
“Semua orang juga mengenalinya,” imbuhnya.
“Jadi, bagaimana tafsir mimpi ini?” tanya wanita itu.
Syaikh As-Sudais menjawab, “Orang ini adalah berita gembira. Jadi, tafsir mimpi Anda adalah bahwa orang ini -insya Allah-bersih dari dosa dan Allah meridhainya. ”
Wanita itu membalas, “Apa pendapat Anda bila saya katakan pada Anda, bahwa orang yang saya lihat dalam mimpi saya itu adalah… Anda?”
Syaikh As-Sudais yang mulia ini terdiam dan hanya linangan air matanya yang jatuh bercucuran membanjiri wajahnya.
Maha Suci Engkau, ya Tuhan. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk ahli Surga. Allahumma amiin.
Aly Raihan El-Mishry
Maulid Nabi: Antara Sejarah dan Amalan Ibadah
Para sarjana sejarawan Islam berbeda pendapat tentang tanggal sebenarnya kelahiran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sementara hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Al Imam Muslim hanya menyebut bahwa Beliau lahir pada hari Senin tanpa menyebut hari bulannya. Siapa saja yang membaca karya-karya sejarah Islam yang besar sepertiAl Bidayah wa Al Nihayah oleh Al Imam Ibn Katsir (meninggal 774H) akan melihat berbagai pendapat tentang tanggal dan bulan kelahiran Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Bagi yang berpendapat Beliau lahir pada Bulan Rabi’ul Awwal, mereka berbeda pendapat pula dalam menentukan tanggalnya. Ada yang menentukan pada tanggal 8, ada yang pada tanggal 9, ada pula pada tanggal 12 seperti yang menjadi anggapan orang banyak, ada juga pada tanggal 17 dan seumpamanya. Di samping di sana ada pula sarjana Islam yang menyatakan Beliau lahir pada Bulan Ramadan dengan hujah-hujah mereka yang tersendiri.
Apa pun yang penting, sejarawan Timur atau Barat, Utara atau Selatan tidak pernah berbelah pendapat tentang lahirnya seorang insan bernama Muhammad bin ‘Abdillah yang diikrarkan oleh umat Islam sebagai rasul terakhir yang diutus Allah. Hal ini berbeda dengan Jesus yang berada dalam gambaran Barat. Sebagian ahli kajian mereka mempertikaikan tentang kelahiran Jesus itu sendiri.
Pentingnya Maulid
Kelahiran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah peristiwa yang amat penting karena ia peristiwa yang memulaikan episode baru bagi kehidupan manusia sejagat. Penentuan tanggal atau bulan secara tepat bukanlah faktor utama. Tidak dapat menentukan tanggal lahir yang pasti, bukan berarti seseorang itu tidak berwujud. Entah berapa banyak nabi, tokoh, individu yang gagal diketahui tanggal kelahiran mereka, tetapi mereka ada dan telah mewarnai sejarah.
Anjing pun MARAH jika Nabi Muhammad SAW di Hina
Disebutkan dalam Ad Durarul Kaminah 3/202, Al-Imam Adz-Dzahabi menyebut kisah ini dalamMu’jamus Syuyukh 387 dengan sanad yang shahih bahwa Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani -rahimahullah- berkata:
Pernah suatu hari sekelompok orang dari kalangan pembesar Nashrani menghadiri sebuah perayaan seorang pemimpin Mongol yang murtad dari agamanya (menjadi Nashrani).
Maka pada waktu itu ada salah seorang pendeta yang menghina Nabi shalallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, sedangkan di sana ada seekor anjing pemburu yang terikat.
Mengapa Jodohku Tak Kunjung Datang
Berkali-kali aku minta kepada Allah seorang pasangan, seseorang yang mampu menjadi pendampingku menjalani fase-fase lanjut dari perjalanan hidupku.
Aku tidak hanya meminta seorang pasangan, tetapi bahkan menjelaskan pula pasangan seperti apa yang aku inginkan. Aku ingin seseorang yang mantap amalnya, lemah lembut, loyal, pemaaf, penuh cinta, jujur, penuh damai, baik hati penuh pengertian, menyenangkan, hangat, cerdas, humoris, hafidz, pekerja keras dan dapat dipercaya.
Suatu malam dalam do’a, Allah berbicara dihatiku dan berkata,
“HambaKu, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan.”
Aku bertanya,
“Mengapa yaa Rabb?”
“Karena Aku adalah Tuhan yang adil dan Tuhan kebenaran dan semua yang Aku lakukan adalah adil dan benar.”
“Ya Rabb, aku tidak mengerti mengapa aku tidak bisa mendapatkan apa yang aku minta dari Mu.”
“Akan Aku jelaskan.. Adalah tidak adil dan benar bagiKu untuk mengabulkan permintaanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan dirimu sendiri.”
“Adalah tidak adil bagiKu untuk memberikan seseorang yang penuh cinta kepadamu apabila kadang-kadang engkau masih penuh kebencian, atau seseorang yang baik hati apabila kadang engkau bisa kejam, seorang yang pemaaf sementara engkau masih menyimpan dendam, seseorang yang sensitif sedangkan engkau tidak begitu peka, seorang yang jujur sementara engkau sering bohong, sesorang yang loyal sementara engkau mudah berpaling, maupun seorang pekerja keras sementara engkau senang berleha-leha.”
“Daripada menghabiskan waktu untuk mencoba mencari seseorang atau berharap Aku akan memberikan seseorang dengan segala kualitas yang kau cari, lebih baik engkau mengijinkan Aku memanfaatkan waktu yang tersisa ini untuk membuatmu menjadi orang-orang seperti yang kau cari. Karena Aku tidak dapat memberikan kepadamu yang bukan dirimu.”
“Dan apabila engkau mengijinkan Aku bekerja dalam jiwa dan rohanimu dan membentuk hatimu sesuai keinginanKu, maka jika suatu saat nanti engkau mampu memformulasikan rasa sayang, rasa maaf, perhatian, rasa kasih, harapan, kepekaan dan tanggung jawab membentuk satu kesatuan dan apabila engkau melihat seseorang yang kusediakan bagimu, engkau akan mampu berkata seperti ketika Hawa Kuciptakan untuk menemani Adam:
“Dia adalah tulang dari tulang rusukku dan daging dari daging tubuhku, Bone of my bone” dan kau akan melihat pribadimu di dalam diri dia dan kalian berdua akan menjadi satu rangkaian dalam jalinan untuk bersama-sama berlayar menuju satu pelabuhan abadi”.
Sebagaimana telah Kusampaikan melalui kekasihKu:
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).”
(QS 24:26)
Hijab… Satu Keharusan, Bukan Pilihan !!!
Halo, Ustadzah.Pertanyaan saya adalah tentang hijab. Pertanyaan yang umum adalah apakah hijab itu wajib atau tidak. Namun, pertanyaan saya sedikit lebih mendasar. Apa ayat Al Quran atau hadits shahih menunjukkan bahwa memakai penutup kepala (khimar) adalah wajib? Kutipan Al-Quran yang paling populer berkaitan dengan hijab, adalah An Nur ayat 31, yang tidak secara eksplisit mengatakan bahwa kepala harus ditutupi. Saya ingin tahu semua bahan ayat Al Quran dan hadits shahih (tidak dhaif, tidak dibuat-buat) di mana dijadikan dalil menutup kepala. Jika hukumnya penutup kepala (khimar) hanya interpretasi oleh para Ulama dari ayat Al Qur’an di atas, maka saya tidak merasa hal itu meyakinkan.Untuk pemahaman saya, ayat Al Quran ini hanya meminta perempuan untuk berpakaian sopan, untuk menutupi dada mereka sepenuhnya, dan tidak menampilkan godaan apapun dengan cara itu. Jika ulama yang mengatakan bahwa menunjukkan rambut adalah godaan, lalu bagaimana wajah dan tangan? Jika itu adalah tolak ukur yang digunakan, maka tidak ada satu bagianpun dari seorang wanita boleh terlihat. Silahkan menjawab pertanyaan saya, karena banyak orang akan mendapat manfaat dari itu.Wassalam.Syakir.
Salam Syakir, Terima kasih atas pertanyaan Anda dan untuk menghubungi Ask About Islam.
Seperti yang Anda disarankan, diharapkan bahwa jawabannya akan memberi manfaat banyak orang Muslim dan non-Muslim yang mungkin memiliki beberapa kesalahpahaman tentang hijab.
Sebelum memberikan Anda bukti Quran dan hikmah di balik jilbab yang diamanatkan agama, mari kita mendefinisikan beberapa istilah bahasa Arab terkait dengan pertanyaan Anda: Islam, jilbab, dan khimar.
Kata Arab Memiliki Banyak Makna
Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat kaya akan nuansa makna untuk setiap kata, terjemahan sering gagal untuk memberikan keadilan untuk ayat dalam Arab karena kurangnya kosa kata yang tepat. Akibatnya, perlu, ketika menangani isu-isu kontroversial, untuk melihat secara dekat arti dari kata-kata Arab yang digunakan dalam konteks aslinya. Mari kita mulai dari arti dari nama agama ini: Islam.
Arti dari Islam dan Bagaimana Muslim Memandang Aturan Islam
Islam berarti penyerahan total kepada Allah-dalam pikiran, hati, tubuh, dan jiwa-penerimaan total hukum dan aturan-Nya tanpa keraguan atau argumen, ketaatan total kepada-Nya dan Rasul-Nya, dan penolakan seluruh syirik (menyekutukan segala sesuatu dengan Allah) di semua bentuknya. Al Quran menyatakan yang artinya:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab 33:36).
Seorang Muslim seharusnya tidak membantah perintah, aturan, atau hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya (Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam). Mereka tidak perlu bukti dari Allah untuk segala sesuatu yang Dia minta dari mereka. Ketaatan mereka adalah tanda dari iman sejati mereka. Selain itu, Islam adalah cara hidup yang lengkap yang harus sepenuhnya ditaati oleh para pengikutnya. Dengan demikian, umat Islam tidak seharusnya beribadah secara selektif, memilih aturan atau ibadah apapun yang menarik bagi mereka dan meninggalkan sisanya. Menyangkal aturan dasar Islam atau ibadah adalah dosa serius.
Arti dari Hijab
Hijab dalam bahasa Arab berarti “penghalang” atau “tabir” dan dengan demikian muncul dalam berbagai ayat-ayat Alquran, mengacu pada banyak hal selain penutup kepala wanita itu. Sebagai contoh: Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman dalam Quran bahwa Dia hanya berbicara kepada manusia dari belakang hijab. Al-Qur’an mengatakan apa artinya:
“Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir.” (Asy Syur: 51).
Perawan Maria beribadah di balik hijab:
“Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka;” (Maryam 19:17).
Dan, pada Hari Kiamat akan ada hijab antara penduduk surga dan penduduk neraka:
“Dan di antara mereka akan menjadi [penghalang] tabir.” (Al-Aaraf 7:51).
Dalam semua ayat-ayat ini, kata hijab digunakan untuk berarti hal yang berbeda. Dalam keterangan ini, mari kita merenungkan logika jilbab.
Al Quran mengajarkan kita untuk melihat di sekitar kita dengan mata dan pikiran terbuka, untuk berpikir, merasionalisasi, dan mencapai kesimpulan logis. Jika kita melihat di alam semesta, dari atom kecil untuk benda-benda angkasa yang besar, kita tidak melihat bagaimana segala sesuatu yang penting atau berharga dilindungi dan tersembunyi dengan penutup? Pikirkan kulit bagi tubuh manusia, rahim untuk bayi, dinding plasma ke sel, kulit ke batang pohon, cangkang telur, bahkan seluruh planet tempat tinggal kita adalah menikmati perlindungan dari “hijab”-yang kita sebut atmosfer-terhadap bahaya asteroid dan sinar kosmik yang berbahaya. Pikirkan bagaimana planet lain-Mars misalnya-dirampas “hijab” mereka dan telah menderita banyak kerugian.
Arti dari Khimar dalam bahasa Arab
Kata khimar dalam bahasa Arab berarti “penutup kepala” dan itu juga berlaku untuk banyak hal selain penutup kepala perempuan. Sebagai contoh, itu berlaku ke atas meliputi pot atau wadah, untuk setiap penutup kepala yang dikenakan oleh orang-orang bahkan laki-laki. Khususnya, di situlah minuman keras dan narkotika mendapat nama Arab khamr mereka karena mereka “menutupi” penalaran ketika seseorang mabuk.
Khimar adalah kata yang digunakan untuk merumuskan penutup kepala perempuan Muslim dalam ayat yang dimaksud. Al-Qur’an mengatakan:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka,…” (An Nur : 31).
Arti jelas bagi pembaca adalah bahwa di hadapan pria yang bukan mahram seorang wanita Muslim, ia harus mengenakan penutup kepala yang memanjang , cukup panjang untuk menutupi dada, tidak hanya dada saja yang ditutupi. Ayat lain dalam Surat Al-Ahzab menjelaskan hal ini lebih lanjut. Al-Qur’an mengatakan:
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Al-Ahzab 33:59).
Kata Arab yang digunakan di sini untuk menunjukkan penutup adalah jamak dari jilbab. Ibnu Taimiyah menyatakan dalam Majmu `Al-Fatawa 22:110-111: “Jilbab adalah penutup yang cukup besar untuk menutupi kepala wanita itu dan seluruh tubuhnya yang tergantung dari atas kepalanya.”
Selanjutnya, Al-Quran memerintahkan shahabat Nabi dalam kata-kata itu:
“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir.” (Al-Ahzab 33:53).
Yang dimaksud dengan hijab dalam ayat ini adalah benda yang menyembunyikan seorang wanita seperti dinding, pintu, atau pakaian. Ketetapan ayat, meskipun itu terungkap mengenai istri-istri Nabi (Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), umumnya meliputi semua wanita Muslim. Hal ini karena hikmah di balik ketetapan itu ditentukan dalam sisa ayat tersebut. Allah berfirman:
“Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab 33:53).
Kebijaksanaan ini adalah umum di antara semua pria dan wanita. Oleh karena itu kebijaksanaan umum juga menunjukkan aplikasi umum dari aturan seperti nampak dalam surah Al Ahzab, ayat 59 di atas.
Islam Mengangkat Perempuan, Memberi Mereka Kesetaraan, dan Mengharapkan Mereka Untuk Mempertahankan Status Mereka.
Status perempuan dalam Islam sering menjadi sasaran serangan di media sekuler. Jilbab atau busana Muslim dikutip oleh banyak orang sebagai contoh dari “penaklukan” perempuan di bawah hukum Islam. Namun, kebenaran adalah bahwa 1400 tahun yang lalu, Islam mengakui hak-hak perempuan dengan cara yang memberikan mereka perlindungan maksimal dan hormat juga, kombinasi sistem lain gagal untuk menawarkan hal itu. Islam memberikan mereka kebebasan berekspresi, partisipasi politik, bisnis dan hak-hak keuangan, meminta seluruh masyarakat untuk mengangkat mereka di penghargaan yang tinggi dan memerintahkan mereka menghormatinya sebagai sebagai ibu, saudara perempuan, istri, dan anak-anak perempuan.
Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala pertama menyebutkan menahan pandangan bagi pria sebelum menahan pandangan dan mengenakan hijab bagi perempuan. Quran mengajarkan kepada kita:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.” (An-Nur 24:30).
Saat seorang pria memandang perempuan dengan kurang ajar atau pemikiran malu dalam pikiran, ia harus menundukkan pandangannya. Ayat berikutnya dari Surat An-Nur adalah salah satu perintah bagi perempuan beriman untuk mengenakan hijab.
Islam mengharapkan perempuan untuk mempertahankan status mereka dengan mengikuti aturan-aturan Allah yang dirancang untuk kebaikan mereka. Hijab adalah salah satu aturan tersebut.
Enam Kriteria Hijab
Menurut Al-Quran dan Sunnah, pada dasarnya ada enam kriteria untuk hijab:
- Adalah wajib bagi laki-laki untuk menutup setidaknya dari pusar ke lutut. Bagi wanita, itu adalah wajib untuk menutupi tubuh lengkap, kecuali wajah dan tangan sampai ke pergelangan tangan. Jika mereka ingin, mereka dapat menutupi bahkan bagian-bagian tubuh tersebut. Beberapa ulama bersikeras bahwa wajah dan tangan adalah bagian yang wajib hijab, terutama jika godaan (fitnah) dikhawatirkan dalam waktu dan tempat di mana aturan Islam tidak diterapkan atau jika keamanan adalah hal yang langka.
- Pakaian harus longgar dan tidak harus menggambarkan bentuk tubuh.
- Pakaian tidak harus transparan atau tembus.
- Pakaian seharusnya tidak begitu glamor untuk menarik perhatian (suhrah).
- Pakaian harus tidak menyerupai orang-orang dari lawan jenis.
- Pakaian tidak boleh mirip dengan orang-orang kafir, yaitu pakaian yang mengidentifikasi atau simbol agama orang-orang kafir ‘.
Lima kriteria yang terakhir (no. 2 hingga 6) adalah sama untuk pria dan wanita
Hijab Termasuk Perilaku
Hijab lengkap, selain enam kriteria pakaian di atas, juga mencakup akhlaq, perilaku, sikap, dan niat dari individu. Seseorang hanya memenuhi kriteria hijab dari pakaian adalah melihat hijab dalam arti yang terbatas. Hijab pakaian harus disertai dengan hijab dari mata, hati, pikiran, dan niat. Ini juga mencakup cara seseorang berjalan, berbicara, dan berperilaku. Oleh karena itu, penggunaan hijab secara hipokrit (munafik) bukanlah contoh yang baik dari perilaku Muslim.
Hijab Mencegah Pelecehan
Al-Qur’an mengatakan bahwa hijab memungkinkan perempuan untuk diakui sebagai perempuan yang sederhana dan ini juga akan melindungi mereka dari yang diganggu. Misalkan ada berandalan yang sedang menunggu untuk menggoda seorang gadis. Siapa yang akan dia goda? Seorang gadis yang mengenakan hijab, atau gadis yang mengenakan rok mini atau celana pendek? Hijab tidak menurunkan seorang wanita tetapi mengangkat seorang wanita dan melindungi kesopanan dan kesuciannya.
Menanggalkan Kerudung Tidak Akan Mengangkat Wanita
Liberalisasi wanita kebanyakan melalui eksploitasi tubuhnya, degradasi jiwanya, dan perampasan kehormatan dirinya. Masyarakat non-Muslim mengklaim telah mengangkat perempuan dengan memungkinkan mereka mengekspos tubuh mereka, tetapi sebaliknya, ini sebenarnya mendegradasi mereka untuk sekadar menjadi alat di tangan para pencari kesenangan dan penjual seks, tersembunyi di balik layar warna-warni “seni” dan “budaya.”
Wanita Muslim harus menyadari fakta ini. Mereka harus menyadari bahwa hijab melindungi mereka dari pandangan jahat dan keinginan jahat dari orang-orang yang hatinya sakit, seperti yang dijelaskan dalam Quran. Wanita Muslim harus mematuhi aturan-aturan Allah dan tidak terbujuk atau tergoda oleh media yang menentang hijab atau melecehkan maknanya, sesungguhnya orang-orang yang menyebarkan ide-ide ini hanya berkeinginan jahat untuknya. Al-Quran memperingatkan dengan mengatakan:
“Dan Allah hendak menerima tobatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (An-Nisaa 4:27).
Saya harap ini menjawab pertanyaan Anda dan memenuhi permintaan Anda. Terima kasih dan mohon tetap berhubungan.
Salam.
Sahar El Nadi
Menceraikan Istri yang Tidak Mau Berjilbab
Adalah kewajiban bagi wanita Muslim untuk mengenakan jilbab (yaitu, menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan tangan, dan kaki menurut beberapa madzhab fiqih).
Hal ini secara bulat telah disepakati di kalangan ulama Muslim bahwa tidak halal bagi seorang wanita Muslim untuk memperlihatkan setiap bagian dari tubuhnya selain wajah dan tangan (dan kaki menurut beberapa madzhab fiqih). Oleh karena itu, haram bagi seorang wanita untuk memperlihatkan rambutnya, atau lengan, atau dada atau kaki kepada laki-laki non-mahram.Mengenakan pakaian yang mengungkapkan bagian tubuh seorang wanita adalah benar-benar dilarang agama.
Seorang suami Muslim berkewajiban menasihati istrinya untuk mengenakan jilbab. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(At-Tahrim: 6)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaha: 132)
Seorang istri Muslimah harus mematuhi suami mereka dan mengenakan jilbab. Jika seorang wanita tidak mematuhi suaminya, dalam hal ini suami harus mengambil keputusan yang serius mengenai masalah ini jika mereka masih di awal pernikahan mereka.
Ketika seorang pria Muslim menyarankan pada seorang wanita yang tidak mengenakan jilbab, ia harus menetapkan bahwa dia harus memakainya segera setelah mereka menikah. [Sebagai contoh,] dia bisa mengatakan padanya, “Saya adalah seorang Muslim yang berkomitmen. Aku takut Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saya tidak ingin tidak mematuhi Dia Yang Maha Tinggi. Yang saya inginkan adalah untuk menyenangkan-Nya. Karena itu, saya tidak bisa menerima bahwa istri saya menjadi mutabarrajah (perempuan yang tabarruj) atau menampilkan pesonanya di depan umum tanpa berkomitmen pada dirinya untuk berpakaian Islam yang benar.”
Dengan memperjelas sikapnya dalam hal itu dari awal, tunangannya akan diwajibkan untuk mengenakan jilbab segera setelah mereka menikah.
Perlu dicatat bahwa seorang wanita Muslimah pada prinsipnya wajib memakai jilbab, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkannya untuk melakukannya. Suaminya memerintahkan dia untuk memakainya adalah semacam menekankan kewajiban itu.
Seorang pria mungkin menikahi seorang wanita yang tidak memakai jilbab sebelum menikah, tanpa berdiskusi dengannya akan pentingnya memakai jilbab, karena dia (suami) belum menjadi pengikut yang kuat dari ajaran Islam. Kemudian, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala membimbingnya ke jalan yang benar, ia ingin istrinya untuk bertaubat bersama dia dan mengenakan jilbab. Jika istri ragu-ragu dalam hal itu, ia mencoba lembut lagi dan lagi sampai ia bisa meyakinkannya, sehingga dia mendapat hidayah ke jalan yang benar juga.
Namun, jika istri tidak taat kepada-Nya dan dia telah kehilangan semua harapan meyakinkan dirinya mengenakan jilbab, ia harus, lebih tepatnya, menceraikannya jika mereka masih di awal kehidupan perkawinan mereka (dan belum memiliki anak). Kehidupannya tidak akan tenteram antara suami yang teguh dalam iman dan seorang istri yang tidak taat kepada-Nya dan tidak peduli untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Juga, jika seorang suami mungkin kembali ke jalan yang kebenaran setelah ia telah tinggal dengan istri yang tidak berkomitmen atas dirinya pada pakaian yang tepat untuk wanita selama bertahun-tahun dan telah melahirkan anak-anak darinya. Jika suami kemudian ingin dia mengenakan jilbab, suami mencoba meyakinkan dirinya dengan lembut tentang masalah ini. Namun, jika dia bersikeras tidak mengenakan jilbab, ia tidak menceraikannya sehingga keluarga mereka tidak hancur. Sebaliknya, ia harus bersabar dan mencoba lagi dan lagi untuk menasehatinya.
Wallahu a’lam bish shawab.
Syaikh Prof. DR. Yusuf Al Qaradhawi
Langganan:
Postingan (Atom)